Jumat, 12 Agustus 2011

Tentang Wulansari

Gak terasa hampir enam belas taon gak nulis semenjak lulusan sma,mencoba kembali merangkai kata demi kata menjadi sebuah kalimat,dan merangkai kembali kalimat demi kalimat menjadi sebuah cerita pendek,entah pengalaman pribadku atau hanya sebuah kahyalan saja yang suka menari-nari didalam otakku.
Enam belas taon gak terasa aku lewati,mencoba menjadi seorang yang tegar.Enam belas taon mencoba mencari jati diri yang sesungguhnya.mengembara dari satu tempat ketempat lain.mengenal begitu banyak sifat dan pribadi orang.dan itu menjadikan aku tau seberapa kecilnya aku dimataNya.Enam belas taon belajar menjadi orang yang dapat melupakan cinta sejatinya.Enam belas taon sudah dia meninggalkan aku selama-lamanya,meninggalakan sekeping kenangan indah dan juga sebuah penyesalan yang tidak pernah ada ujungnya.Gimana gak timbul penyesalan bila orang yang kita cintai meninggalkan kita untuk selama-lamanya dan tak pernah sedikitpun melihat wajahnya untuk yang terakhir kalinya.
Ya.........Gadis manis yang memiliki sepasang mata yang bening,berhidung mancung dan memiliki bibir mungil berwarna merah.Gadis manis berkulit putih dan memiliki ketegaran yang luar biasa walau dia tau bahwa usianya tak panjang lagi.Gadis yang kalo berjalan harus dibantu oleh sebuah kruk,ya sebuah kruk yang selalu menemani hari-harinya sampai diujung usia.Gadis yang tak dapat tergantikan oleh siapapun
Gadis itu bernama...............
Wulansari.
Bandar Lampung,28 juli 1994.

Kamis, 04 Agustus 2011

Bila

"kamu lagi.........!"
ada yang bergemuruh dalam dada,ada sesuatu yang harus dikeluarkan.
"kenapa kamu selalu hadir dalam setiap tidurku ? kenapa ? "
malam masih tertidur dengan pulasnya,hening.............
"kenapa masih ada rasa cinta ini,kenapa ? kutau kau tak lagi sendiri,begitu juga aku.kenapa masih ada rasa cinta di hati kita,kenapa Tuhan hanya mempertemukan kita tapi tak menyatukan kita ? "
fay bangun dari tempat tidurnya dan melangkah menuju jendela dan membukanya.angin malam yang dingin sedikit demi sedikit menyentuh kulitnya,malam semakin hening.lalu diambilnya sebatang sigaret di meja kerjanya,di hisap dalam-dalam lalu dihembuskan kuat-kuat berharap yang ada didalam dadanya juga keluar bersama asap sigaret.jam di dinding menujukan pukul dua.
samar-samar teringat kembali kenangan indah lima tahun yang lalu,saat dimana pertama kali fay dan gadis itu bertemu,lama-lama kenangan itu berangkai bagaikan sebuah film.dimana saat itu dia berkerja sebagai seorang sales pada sebuah perusahaan farmasi dan dimana gadis itu berkerja sebagai seorang sales promotion girl yang ditugaskan ditoko itu.
pertama fay masuk ke toko itu tuk menawarkan barang farmasinya tak sengaja matanya melihat seorang gadis manis dengan rambut sebahu berhidung mancung dan bermata bening.
"boleh kenalan...........?" fay memberanikan diri tuk berkenalan,dan fay merasa gadis yang ada didepan ini mengingatkan dia kepada clara,gadis yang dia cinta telah meninggalkan dia untuk selama-lamanya empat tahun yang lalu,gadis itu diam,hanya tersenyum.
"boleh kenalan..........?" sekali lagi fay bertanya sambil mengulurkan tangan kanannya.
gadis itu tersenyum dan mengangguk serasa menyambut tangan kanan fay.
"hafiza..............." gadis menyebut namanya.
"fay..........." fay memperkenalkan diri.
lama fay menatap ke wajah hafiza,ada ketenangan diwajah itu.ketenangan yang pernah ia rasakan di wajah clara.
Empat tahun fay menutup hatinya untuk sebuah cinta,empat tahun fay tak pernah bisa melupakan cintanya kepada clara,empat tahun dia hidup dalam kesendirian.
kini hadir kembali rasa cinta itu,rasa cinta yang pernah dia rasakan saat bersama clara dulu.
"hai..........kok bengong......."hafiza membuyarkan lamunannya.
"eh........gak apa-apa,thank's udah mau kenalan..........." hafiza hanya tersenyum saja.
"manis sekali senyumannya" fay berkata dalam hati.
suasana toko masih ramai,pemilik toko masih sibuk melayani pembeli.
"udah lama kamu ditempatin disini ?" tanya fay
"belum ada seminggu aku ada disini" jawab hafiza.
kamu kerja dimana ?" hafiza balik bertanya
"didekat sini,tuh di komplek ruko depan sana " sambil tangan fay menujuk kearah depan jalan.
pembeli di toko itu mulai sepi.
"aku tawarin barang dulu,ya........."fay pamit dari hafiza.gadis itu hanya mengangguk
dingin angin malam makin menusuk-nusuk kulitnya,sigaret ditangannya sudah lama habis,jam di dinding menunjukkan pukul tiga dini hari.kenangan dengan hafiza masih jelas dipikirannya.
andai saja kenangan-kenangan itu seperti sebuah kaset yang bisa kita pilih-pilih dan kita bisa putar kenang-kenangan yang indah saja.dan memimpikan kamu bukan kemauanku dan bukan juga keinginanku,karena lebih baik aku mimpikan hantu,saat aku bangun aku mengucapkan syukur " untung cuma mimpi " tapi kalo mimpiin kamu saat aku bangun dari tidur yang ter tinggal hanya ada sesal "kenapa cuma mimpi"
saya gak tau harus gimana lagi,semua sudah terjadi dan waktu terus berjalan,berjalan meninggalkan semua kenangan-kenangan indah saat kita bersama,walau waktu telah pergi jauh dan trus berjalan tapi semua kenangan yang indah itu takkan mudah untuk dilupakan.Aku masih sayang kamu............
( Tamat )

Sama Seperti Pohon

Jika hanya melihat ke belakang, hidup ini seperti pohon saja. Dulu kita lahir ke dunia dengan sebab dan cara yang selalu sama, sebab dan cara yang itu-itu juga. Di masa bocah kita bertemu, layaknya cabang-cabang akar pohon yang bertemu di pangkal pokok sang pohon. Kita lalui masa-masa kecil dan masa-masa remaja kita bersama-sama, ibarat sebuah pokok pohon yang menjulang ke atas.

Selepas masa remaja, beberapa dari kita mulai berpisah, seperti dahan-dahan pohon, ada yang tumbuh ke kiri, ke kanan, ke depan, ke belakang, dan ke atas. Memasuki masa dewasa, saat kita sudah selesai dengan pencarian jati diri, kita pun berpisah lagi, seperti cabang-cabang yang berpisah pada sebuah dahan pohon, ada yang ke kiri, ke kanan, ke depan, ke belakang, ke atas, ada juga yang patah. Setelah itu kita masih akan dan terus berpisah, seperti ranting-ranting yang meninggalkan cabang pohon, ke kiri, ke kanan, ke depan, ke belakang, ke atas, ada pula yang gugur.

Semakin banyak waktu kita lewati, sadarlah kita bahwa kita sudah tidak lagi bersama-sama sebagaimana kita di pokok pohon dulu, sadarlah kita bahwa waktu akhirnya berhasil mencipta jarak. Semakin banyak waktu terentang di belakang kita, semakin kita tak lagi sama, semakin kita banyak berbeda.

Karena waktu tak pernah berhenti bekerjalah, pada akhirnya kita pun mendapati diri kita seperti ujung sebuah ranting kering yang sendirian menuding lempang kepada langit biru–kita menunggu giliran untuk patah diterpa angin perkasa dan jatuh ke tanah…. Meskipun tujuan akhirnya sama, sebab dan cara mati selalulah berbeda, dari yang mewah dan heroik sampai yang sama sekali tak populer.
' Sama Seperti Pohon '